Cara mendiagnosis stroke pada anak

Mendiagnosis stroke pada anak bisa menjadi tantangan, karena gejalanya seringkali mirip dengan kondisi medis lain dan kurang umum dibandingkan pada orang dewasa. Namun, diagnosis yang cepat dan akurat sangat penting untuk pengobatan yang efektif. Berikut adalah beberapa langkah dan metode yang digunakan dalam mendiagnosis stroke pada anak:

1. Evaluasi Klinis

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik: Langkah pertama dalam diagnosis stroke adalah pengambilan riwayat medis yang rinci dan pemeriksaan fisik. Dokter akan menanyakan tentang onset gejala, riwayat kesehatan keluarga, riwayat trauma kepala, atau kondisi medis yang mendasarinya seperti penyakit jantung atau gangguan pembekuan darah. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengidentifikasi tanda-tanda stroke seperti kelemahan pada satu sisi tubuh, masalah bicara, atau kehilangan koordinasi.

2. Pemeriksaan Neurologis

Penilaian Fungsi Neurologis: Dokter akan melakukan serangkaian tes untuk menilai fungsi neurologis anak, termasuk refleks, kekuatan otot, kemampuan bicara, koordinasi, dan keseimbangan. Pemeriksaan ini membantu menentukan area otak yang mungkin terkena dan tingkat keparahan kondisi.

3. Pencitraan Otak

CT Scan: CT scan (computed tomography) sering digunakan sebagai langkah awal untuk melihat adanya perdarahan di otak atau tanda-tanda stroke iskemik. Ini adalah tes cepat yang dapat memberikan gambaran awal tentang kondisi otak anak.

MRI: MRI (magnetic resonance imaging) memberikan gambar yang lebih detail dari struktur otak dan lebih sensitif dalam mendeteksi stroke iskemik pada tahap awal dibandingkan CT scan. MRI juga dapat membantu mengidentifikasi kelainan pembuluh darah seperti malformasi arteriovenosa (AVM) atau aneurisma.

MRA dan MRV: MRA (magnetic resonance angiography) dan MRV (magnetic resonance venography) digunakan untuk melihat pembuluh darah di otak dan membantu mendeteksi penyumbatan atau kelainan pada arteri dan vena.

4. Tes Laboratorium

Tes Darah: Tes darah dapat digunakan untuk memeriksa kondisi medis yang mendasari yang mungkin meningkatkan risiko stroke, seperti gangguan pembekuan darah, anemia sel sabit, infeksi, atau gangguan metabolik. Tes ini juga membantu dalam menilai tingkat gula darah dan elektrolit yang bisa mempengaruhi fungsi otak.