Sosok Seorang Ayah yang Telah Jauh Disana

Selamat Malam!
Kembali di rubrik Sosok, yang menuliskan sosok2 yang menginspirasi kami selama perjalanan. Kali ini, Yudmin akan membahas sosok yang sangat spesial, dan sangat berarti untuk Yudmin. Salah satu inspirator yang membuat Yudmin memutuskan untuk berjalan.

Alm. Asmiril Anwar. Beliau adalah Ayahanda saya. Beliau meninggalkan kami 4 tahun lalu, tepat di tanggal 21 April ini. Seorang sosok Ayah yang sangat bijak dan tegas dalam mendidik anak-anaknya. Dilahirkan di Samarinda, ditakdirkan sebagai perantau, yang menjadikan Ayah harus pindah kemana2 untuk mencari kerja. Pekerjaan awalnya sebagai seorang Sales Makanan Ternak, hingga akhirnya sempat bekerja di salah satu perusahaan Swasta.

Beliau keras dan tegas mendidik anak-anaknya. Tetapi ada suatu saat beliau sangat bijak dan sangat lembut. Tidak pernah lupa untuk mendidik anak-anaknya meskipun beliau sesibuk apapun. Pernah suatu ketika, saya asyik bermain games dan gak keluar kamar, tiba-tiba beliau berteriak “main lah keluar sana! Jangan hanya bisa main didalam rumah! Diluar sana banyak hal yang bisa kamu dapat!” .

Beliau adalah salah satu inspirator terbesar saya mengapa saya melakukan perjalanan. Sebelum beliau meninggal, beliau menitipkan dua buah pesan terakhir kepada saya, sembari berbisik.

“Mungkin ini pesan terakhir Ayah untuk anak tertua dan satu-satunya pengganti Ayah. Ayah ingin kamu membuka usaha sendiri, apapun itu yang penting halal, agar kamu bisa dirumah menjaga ibumu. Pesan kedua, jangan diam dibawah ketiak Ibumu, keluarlah, cobalah melihat Indonesia dan merantaulah seperti ayah, niscaya kamu akan mendapatkan sesuatu hal yang tidak pernah Ayah ajarkan selama ini. Pesan ini hanya untukmu, anak Lelakiku.”

Tak lama, Ayah meninggalkan kami semua. Pesan itu selalu terngiang dalam benak saya. Saya mulai mencari cara bagaimana saya bisa membuka usaha. Berawal dari jualan gorengan dikampus, membuka usaha servis laptop, hingga menjadi guide travel. Dan setelah terkumpul dana, saya memutuskan menjalankan pesan terakhir Ayah, yaitu mulai berjalan.

Ayah, kami sayang Ayah. Tadi kami mampir kerumah Ayah, Ayah melihat kami, kan?